Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi bahwa harga beras akan mengalami kenaikan pada awal tahun 2023, hal ini disebabkan oleh cuaca ekstrem yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Produksi padi yang menurun sekitar 6% dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengakibatkan kenaikan harga beras diprediksi akan terjadi.
Cuaca ekstrem tersebut termasuk musim kemarau yang berkepanjangan dan banjir yang terjadi di beberapa wilayah. Konsumsi beras di Indonesia diprediksi akan meningkat pada tahun 2023 sebesar 1,4%. Meskipun demikian, persediaan beras di Indonesia masih di atas level aman yang disyaratkan oleh pemerintah.
Pemerintah Indonesia sudah mengantisipasi dampak dari kenaikan harga dari beras dan berencana untuk menambah impor beras pada tahun 2023 untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain itu, pemerintah juga akan memperkuat program ketahanan pangan untuk mengurangi dampak dari kenaikan harga beras.
Kenaikan Harga Beras Terkait dengan Kondisi Cuaca yang Tidak Stabil
Program ketahanan pangan tersebut meliputi peningkatan produksi beras, pengembangan varietas padi yang lebih tahan terhadap cuaca ekstrem, dan peningkatan kualitas beras. Strategi ini diharapkan dapat mengurangi dampak dari fluktuasi harga beras di pasar internasional dan meningkatkan kedaulatan pangan di Indonesia.
Namun, untuk mencapai tujuan ini, diperlukan kerjasama antara pemerintah, petani, dan sektor swasta. Pemerintah harus memberikan insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi beras dan meningkatkan infrastruktur pertanian. Sebagai tambahan, sektor swasta juga harus berkontribusi dalam meningkatkan produksi beras dan membantu petani dalam menghadapi cuaca ekstrem.
Masyarakat juga dapat membantu mengurangi dampak dari kenaikan harga beras dengan melakukan penghematan dalam penggunaan beras. Masyarakat dapat mempertimbangkan penggunaan beras alternatif atau mengurangi konsumsi beras.