Home » Permintaan Batu Bara: Diversifikasi Pasar untuk Hadapi Penurunan Global

Permintaan Batu Bara: Diversifikasi Pasar untuk Hadapi Penurunan Global

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) terus mendorong diversifikasi pasar ekspor batu bara. Upaya ini difokuskan ke negara-negara berkembang di Afrika, Asia Selatan, dan Asia Tenggara, yang masih bergantung pada energi fosil. Langkah itu menjadi respons atas laporan Bank Dunia yang memproyeksikan penurunan permintaan batu bara global mulai 2025, terutama dari China, Eropa, dan Amerika Serikat.

Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Julian Ambassadur Shiddiq menyatakan bahwa diversifikasi pasar menjadi kunci dalam menjaga stabilitas industri batu bara nasional dan permintaan batu bara.

“Negara-negara berkembang tetap membutuhkan batu bara, sementara pasar tradisional seperti China dan Eropa mulai mengurangi konsumsi mereka akibat peralihan ke energi terbarukan,” ujarnya, Selasa (19/11).

Selain diversifikasi, pemerintah juga memprioritaskan hilirisasi batu bara, seperti gasifikasi menjadi dimetil eter (DME). Program ini diharapkan meningkatkan nilai tambah, mengurangi ketergantungan pada ekspor mentah, dan mendukung kebutuhan domestik.

Meski permintaan batu bara global diperkirakan menurun, konsumsi batu bara oleh India dan China pada 2023 tetap mencatat angka signifikan. Ekspor batu bara Indonesia ke China mencapai 81,68 juta ton pada 2023, sementara India menjadi importir terbesar dengan 108,93 juta ton.

Namun, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tren kenaikan volume ekspor Indonesia secara kumulatif, dari 345,45 juta ton pada 2021 menjadi 379,70 juta ton pada 2023.

Ke depan, produksi batu bara nasional direncanakan mencapai 710 juta ton pada 2024, dengan target ekspor sebesar 500 juta ton. Namun, pada 2026, produksi diperkirakan turun menjadi 728 juta ton, dengan porsi ekspor menyusut menjadi 480 juta ton, seiring dengan peningkatan alokasi untuk kebutuhan domestik.

Bank Dunia dalam laporan Commodity Markets Outlook mencatat bahwa konsumsi batu bara global akan mencapai puncaknya pada 2024 sebelum mengalami penurunan. Transisi energi dengan peningkatan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan dan gas alam, menjadi faktor utama yang memengaruhi permintaan global.

Demikian informasi seputar permintaan batu bara di Indonesia. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Grupieluv.Com.