Investasi besar-besaran dalam teknologi kecerdasan buatan kini menghadapi tantangan serius. Investasi Infrastruktur AI yang nilainya mencapai ratusan miliar dolar mulai dipertanyakan daya tahannya, seiring usia pakai chip AI yang relatif singkat dan biaya pembaruan yang sangat tinggi.
Perusahaan teknologi global sepanjang 2025 diperkirakan mengalokasikan lebih dari USD 400 miliar untuk belanja modal AI. Dana tersebut digunakan untuk membangun pusat data berskala besar dan membeli chip canggih yang menjadi fondasi pengembangan kecerdasan buatan.
Harapannya, AI mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, efisiensi industri, hingga penciptaan lapangan kerja baru.
Namun, realitas teknis mulai memunculkan kekhawatiran. Chip AI, khususnya unit pemroses grafis atau GPU, memiliki usia optimal yang jauh lebih pendek dibandingkan prosesor data center konvensional.
Sejumlah pakar menilai GPU AI hanya efektif selama 18 bulan hingga tiga tahun untuk melatih model bahasa besar. Bandingkan dengan CPU non-AI yang umumnya bertahan lima hingga tujuh tahun.
Miliaran Dolar Investasi Infrastruktur AI Hadapi Risiko Keusangan
Beban kerja ekstrem dan panas tinggi saat pemrosesan AI mempercepat keausan perangkat keras. Data industri menunjukkan sekitar 9 persen GPU mengalami kegagalan dalam satu tahun, hampir dua kali lipat tingkat kerusakan CPU.
Selain itu, setiap generasi chip AI baru menawarkan efisiensi yang jauh lebih baik, membuat chip lama tidak lagi ekonomis meski masih berfungsi.
Kondisi ini memberi tekanan besar pada Investasi Infrastruktur AI. Para investor mulai mempertanyakan dari mana sumber pendapatan jangka panjang untuk menutup biaya pembaruan infrastruktur. Hingga kini, banyak perusahaan pengguna AI belum merasakan lonjakan keuntungan yang signifikan.
Sejumlah tokoh industri menyuarakan kewaspadaan. CEO Microsoft, Satya Nadella mengakui perusahaannya mulai mengatur ulang jadwal investasi agar chip data center tidak usang secara bersamaan. CFO OpenAI Sarah Friar juga menegaskan bahwa keberlanjutan bisnis AI bergantung pada daya tahan chip tercanggih dalam jangka panjang.
Berbeda dengan gelembung dot-com yang meninggalkan infrastruktur bermanfaat seperti serat optik, pusat data AI dinilai tidak memiliki nilai guna jangka panjang tanpa suntikan investasi chip baru. Para ahli menilai kegagalan perhitungan ekonomi AI berpotensi menimbulkan dampak sosial yang luas.
Investasi Infrastruktur AI berada di persimpangan penting. Tanpa strategi pembaruan yang matang dan model bisnis berkelanjutan, belanja besar AI berisiko berubah dari aset masa depan menjadi beban finansial.
Demikian informasi seputar perkembangan investasi Infrastruktur AI. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Grupieluv.Com.