Pembangunan PLTA Kayan akhir-akhir ini jadi perhatian, terutama bagi warga Kalimantan Utara. Pembangkit listrik tenaga air ini dinilai mampu berikan berbagai dampak positif.
Saat ini, Indonesia sedang memiliki beberapa prioritas pembangunan nasional. Salah satu prioritas tersebut adalah pembangunan PLTA Kayan. PLTA ini rencananya akan dibangun akhir 2019 nanti di Kalimantan Utara. Selain menyediakan kebutuhan listrik untuk rumah tangga, PLTA Kayan juga akan penuhi kebutuhan industri di Kalimantan Utara.
PLTA Kayan akan beri sumbangsih besar kepada negara
Pembangkit listrik tenaga air Sungai Kayan digadang jadi PLTA terbesar yang dimiliki Indonesia, bahkan se-Asia. Kapasitas yang dimiliki sebesar 9.000 MW. Selain menghasilkan sumber daya listrik yang besar, PLTA ini diyakini akan memberi sumbangan besar terhadap penerimaan negara.
Gubernur Kalimantan Utara, Dr H Irianto Lambrie, meyakini sumbangsih tersebut. Dilansir dari kaltaraprov.go.id, Irianto mengungkapkan bahwa sumbangsih yang akan diterima negara nilainya cukup fantastis. Dengan penerapan pajak air permukaan (PAP), negara dapat menerima Rp5 triliun per tahun dari PAP PLTA Kayan.
“Dengan penerimaan sebanyak itu kita bisa banyak membangun infrastruktur yang memadai,” kata Irianto saat memberi sambutan di konsultasi publik konsultasi publik rencana awal Rencana Kerja Perangkat Daerah.
Sebagai informasi tambahan, PAP memang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi. Hal tersebut didasarkan pada Undang-Undang (UU) RI Nomor 28 Tahun 2009. UU tersebut mengatur tentang pajak daerah dan retribusi daerah, yang menyatakan bahwa kewenangan pemungutan pajak air permukaan ada di Pemerintah Provinsi.
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Sungai Kayan di Kecamatan Peso Kabupaten Bulungan, akan ditopang dengan 5 bendungan. Sedangkan nilai investasinya mencapai Rp300 triliun. Irianto mengatakan, proyek yang sedemikian besar ini akan menyerap tenaga kerja lokal yang banyak ke depannya.
Meski akan menggunakan tenaga lokal dari Indonesia, Irianto juga tak menampik adanya tenaga-tenaga ahli asal Tiongkok. Tenaga ahli tersebut akan bekerja di megaproyek ini.
“Memang akan ada tenaga kerja asing, tapi tidak sebanyak yang dikabarkan. Tidak sampai ratusan, apalagi ribuan. Saya sudah minta ke perusahaan, agar tenaga asing yang dipakai hanya khusus tenaga ahli. Dan jumlahnya paling puluhan orang saja. Nanti tetap memprioritaskan tenaga kerja lokal,” kata Irianto.
Selain akan menyokong listrik dalam jumlah besar, kata Irianto, PLTA Kayan juga memiliki manfaat lain. PLTA juga akan berfungsi sebagai pengendali banjir, baik untuk pengembangan sektor perikanan dan pertanian, termasuk sektor pariwisata.
PLTA Kayan memang dibangun atas kerja sama Indonesia dengan China. China melalui China Power, berinvestasi di Indonesia untuk membangun PLTA tersebut. Dalam pengerjaannya, Indonesia melibatkan dua BUMN besar. Kedua BUMN tersebut adalah PT Adhi Karya dan PT Pelindo IV.