Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Celukan Bawang Bali sumber kelistrikan Pulau Dewata, PLTU dengan nilai investasi mencapai US$ 700 juta atau sekitar Rp 9 triliun PLTU Celukan Bawang Bali memang terbukti mampu mengatasi krisis listrik di Pulau Destinasi wisata favorit di Indonesia ini.
PLTU Celukan Bawang Bali sendiri dibangun oleh China Huadian Engineering Co, Ltd (CHEC), Merryline International Pte. Ltd (MIP) dan PT General Energy Indonesia (GEI) tersebut memiliki kapasitas 380 megawatt (MW).
Berdasarkan perjanjian jual beli listrik (power purchase agreement/PPA) dengan PT PLN (Persero), PLTU Celukan Bawang akan memasok listrik hingga 30 tahun dengan suplai per tahun sebanyak 2.831 Gigawatt per hour (GWh).
Memang PLTU Celukan Bawang Bali menjadi harapan Pulau Bali dibawah bayang-bayang krisis listrik yang semakin tidak bisa dibendung. Dengan adanya PLTU Celukan Bawang Bali Sistem Kelistrikan Bali saat ini mampu menghasilkan daya mencapai 950MW. Total 950MW merupakan akumulasi dari beberapa pembangkit listrik yang ada di Bali mulai dari pembangkit PLN Gilimanuk, Pesanggaran, dan Pemaron dengan total 570 MW ditambah suplai dari PLTU IPP Celukan Bawang sekitar 380 MW.
Dari data yang berhasil dihimpun dari PLN, beban kelistrikan di Bali memang bisa dibilang sangat besar, sumber PT PLN menyebutkan konsumsi listrik di Bali setiap harinya berkisar 800MW, dan mengalami konsumsi tertinggi di malam hari.
Dari akumulasi beban listrik dan pasokan yang tersedia memang masih bisa dibilang kelebihan 150MW dan ini bisa menjadi cadangan kelistrikan di Bali.
PLTU Celukan Bawang Bali menjadi pembangkit listrik berbahan bakar batu bara, memang sampai saat ini PLTU menjadi salah satu pasokan listrik di PLN dengan nilai belu lebih murah, oleh karena itu PT PLN memprioritaskan PLTU daripada pembangkit listrik berbahan bakar lainnya karena operasional bahan bakar yang mahal.
Adanya PLTU Celukan Bawang Bali sangat bermanfaat bagi masyarakat Bali, terlebih Bali yang merupakan destinasi unggulan wisata di Indonesia pastinya akan sangat memerlukan pasokan listrik besar dan bisa dibilang jangan sampai terjadi krisis listrik, karena jika hal ini terjadi maka kegiatan ekonomi pariwisata dan masyarakat akan terganggu dan ini tidak baik bagi pergerakan ekonomi di Pulau Bali.