Investasi dalam sektor minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia menjadi fokus utama pemerintah yang tengah berupaya menciptakan iklim investasi yang kondusif. Meskipun menghadapi penurunan investasi akibat peralihan perusahaan migas internasional ke energi baru terbarukan, pemerintah memberikan berbagai kemudahan untuk menarik minat investor.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif menyatakan bahwa pemerintah berkomitmen untuk menciptakan iklim investasi yang menguntungkan melalui berbagai kebijakan. Fleksibilitas kontrak (PSC Cost Recovery atau PSC Gross Split) menjadi salah satu cara yang diterapkan untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi para investor. Selain itu, pemerintah juga melakukan perbaikan pada syarat dan ketentuan penawaran investasi migas serta memberikan insentif seperti tax allowance, fasilitas bea masuk, dan pembebasan pajak. Proses perizinan pun disederhanakan melalui mekanisme permohonan secara online, untuk mempercepat proses dan menghindari hambatan birokrasi.
Indonesia memiliki potensi besar dalam eksplorasi cekungan migas, terutama di lima wilayah eksplorasi di wilayah timur, termasuk Warim, Timor, Buton, Seram, dan Aru. Menteri ESDM, Arifin Tasrif, menegaskan bahwa gas alam tetap menjadi bagian penting dari bauran energi di Indonesia. Pemerintah juga mengakui pentingnya gas bumi sebagai energi transisi sebelum berpindah dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan dalam jangka panjang.
Pembangunan infrastruktur untuk penyaluran gas bumi juga menjadi fokus utama. Salah satunya adalah proyek ruas Cirebon-Semarang yang diharapkan dapat selesai pada tahun 2025. Selanjutnya, pembangunan akan dilanjutkan pada ruas Dumai dan Sei Mangke di Sumatera Utara, yang diharapkan akan rampung pada tahun 2027 atau 2028. Dengan penyelesaian proyek ini, seluruh ruas dari bagian utara Pulau Sumatera hingga timur Pulau Jawa akan tersambung dan Indonesia siap untuk mengamankan suplai gas dari proyek-proyek mendatang.
Pemanfaatan gas bumi domestik juga sejalan dengan mandat industri hilir. Gas bumi dalam negeri akan mendukung industri pengolahan nasional seperti Proyek Urea dan Amonia di Tangguh yang bersumber dari Genting. Selain itu, Kawasan Industri Batang dan KEK Kendal didukung oleh lapangan gas terdekat, dan gas akan diangkut melalui pipa transmisi gas Cirebon-Semarang.
Pemerintah Indonesia menghadapi tantangan untuk memajukan sektor migas, tetapi juga melihat peluang besar untuk mengembangkan industri energi dan menciptakan iklim investasi yang menguntungkan. Dengan adanya kerjasama dan dukungan dari pemerintah, investor, dan para pemangku kepentingan lainnya, diharapkan sektor minyak dan gas bumi di Indonesia akan terus berkembang dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri.