PLTB Sidrap, Pembangkit Listrik Tenaga Angin Terbesar di Asia Tenggara

PLTB Sidrap merupakan proyek pembangkit listrik tenaga angin pertama di Indonesia. PLTB ini berlokasi di Kecamatan Watang Pulu Kabupaten Sindereng Rappang, Sulawesi Selatan. Proyek pertama dengan memanfaatkan tenaga angin ini sudah hampir selesai yang sudah mencapai progres pembangunan mencapai 90%.

Selain menjadi pertama di Indonesia, PLTB Sidrap juga akan menjadi PLTB terbesar di Asia Tenggara. Lahan yang digunakan untuk pembangunan proyek ini kurang lebih 100 hektar. Nantinya Pembangkit listrik tenaga angin ini berkapasitas 75 MW dan masuk dalam program 35.000 MW yang dicanangkan Pemerintahan Joko Widodo.

Progres pembangunan tersebut dapat dilihat dari Wind Turbin Generator (WTG) yang sudah diselesaikan dari target 30 WTG, saat ini sudah terselesaikan 25 WTG. Turbin menggunakan baling-baling dengan lebar 57 meter dengan ketinggan 80 meter. Diperkirakan sisa WTG akan selesai pada tahun 2018 ini.

Proyek PLTB Sidrap dengan kapasitas 75 MW diperkirakan dapat mengaliri listrik hingga 70.000 pelanggan di wilayah Sulawesi Selatan dengan daya rata-rata 900 VA. Selain itu, adanya proyek PLTB Sidrap menjadikan cadangan daya sistem di Sulawesi Selatan bertambah hingga 500 MW pada tahun 2018.

Sejak ditandatangai pada Agustus 2015 lalu, Menteri BUMN Rini Soemarno yakin jika pembangunan proyek PLTB Sidrap akan selesai sesuai target. Sehingga dapat melayani kebutuhan listrik masyarakat secepatnya. Selain itu, proyek ini juga akan menjadi tahap awal pemenuhan tenaga listrik dari EBT yang diharapkan mencapao 25% pada 2020.

Dalam proses pembangunan proyek PLTB Sidrap, komponen yang digunakan adalah 40% dari dalam negeri dan sisanya impor. Untuk penyerapan tenaga kerja berjumlah lebih dari 500 orang.

Direktur Utama PLN Sofyan Basyir menjelaskan bahwa pihaknya akan mengawasi semua detail dari progres pembangunan dari tahap awal hingga akhir. Hingga saat ini PLN memiliki cadangan daya 207,3 MW untuk pelanggan.

PLN mempersilahkan para investor agar tidak ragun untuk berinvestasi di Sulawesi Selatan. Ini karena surplus dan jaringan di wilayah tersebut semakin andal.